Beranda | Artikel
Mengajarkan Anak Untuk Jujur
Selasa, 29 September 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Mengajarkan Anak Untuk Jujur merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 11 Shafar 1442 H / 29 September 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Mengajarkan Anak Untuk Jujur

Pada kesempatan pagi ini kita akan membahas poin ke-2 dalam penanaman akhlak mulia, yaitu jujur. Kalau kita bicara akhlak, itu sangat luas. Banyak hal-hal yang perlu kita tanamkan pada anak-anak kita. Tapi ada satu akhlak yang merupakan pilar utama di dalam akhlak, yaitu jujur. Karena ini salah satu sifat seorang mukmin.

Diperlukan usaha keras untuk menanamkan sifat ini pada anak-anak kita. Walaupun pada dasarnya manusia itu suka kepada kejujuran, namun lingkungan, pergaulan, pendidikan-pendidikan salah yang mereka terima, ini kadang-kadang mewarnai dan merubah fitrah itu. Maka perlu kita meletakkan dasar yang kuat di dalam masalah ini.

Islam menempatkan seorang anak itu juga manusia yang punya hak-hak dalam muamalah, maka orang tua tidak dibenarkan menipu dan berbohong kepada anak dengan cara dan alasan apapun. Anak jangan dibohongi, karena membohongi anak merupakan salah satu kesalahan orang tua. Dan yang kedua, secara tidak langsung mengajari anak untuk bohong. Ketika anak dibohongi, maka apa yang ada di dalam benaknya yaitu bahwa bohong itu adalah satu perbuatan yang legal. Dia lihat orang tuanya berbohong, maka yang terbetik di dalam hati mereka bahwa bohong itu adalah sesuatu yang bukan masalah, bukan perkara besar, bukan perkara yang serius. Maka bohong ini tidak boleh walaupun dalam konteks bercanda. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjamin bagian tengah surga bagi yang berkata jujur walaupun bercanda.

Dan Nabi mengatakan:

إِنِّي لأَمْزَحُ , وَلا أَقُولُ إِلا حَقًّا

“Aku juga bercanda, tapi aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” (HR. Thabrani)

Dalam kondisi kita bercanda saja itu tidak boleh bohong, apalagi perkara-perkara yang serius. Maka perlu kita membiasakan dan menanamkan ini kepada anak-anak agar ini menjadi suatu yang dipertegas pada fitrah mereka.

Pada dasarnya manusia itu suka kepada kejujuran, dia mencintai kejujuran dan dia mau jujur. Tapi kondisi-kondisi lain sekitarnya untuk keluar dari fitrah itu. Dan fitrah jujur ini jangan sampai rusak. Dan yang merusak kadang-kadang orang tua yang memperagakan kebohongan di depan anak-anak mereka tanpa disadari oleh kedua orang tua.

Maka Nabi menegur seorang ibu yang memancing anaknya dengan satu janji ataupun dengan satu perkataan yang itu ada unsur bohongnya atau bisa dia jatuh dalam kebohongan di situ. Nabi berkata dalam sebuah hadits:

ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺼَﺒِﻲٍّ ﺗَﻌَﺎﻝَ ﻫَﺎﻙَ ﺛُﻢَّ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻄِﻪِ ﻓَﻬِﻲَ ﻛَﺬْﺑَﺔٌ

“Barangsiapa berkata kepada anak kecil ‘Kemarilah aku akan memberimu sesuatu’ namun dia tidak memberikan apa-apa maka perbuatannya itu termasuk dusta.” (HR. Ahmad)

Termasuk dusta, dia telah berbohong kepada anak itu, walaupun anak itu diam saja. Tapi jangan diartikan diamnya anak ini aman dan tidak terpapar kebohongan. Itu dia simpan dalam hatinya, dalam pikirannya, bahwa perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang legal. Dan dia mungkin tidak paham itu adalah suatu kebohongan, lalu dia tiru itu dan dia tidak merasa berbohong dengan perbuatan semacam itu. Dan ini mungkin terus terbawa sampai dewasa. Banyak orang-orang dewasa yang berbohong dan dia merasa bohongnya legal. Ini mungkin kebiasaan yang memang terbawa dari kecil. Orang-orang yang dari kecilnya melihat kebohongan demi kebohongan itu seolah-olah biasa, maka ketika dia dewasa dia meniru apa yang dia saksikan itu, dia merasa bohong itu bukanlah sesuatu yang serius, bukan satu masalah. Seperti kita lihat sebagian orang yang membohongi orang enak saja, tidak ada beban, merasa bukan suatu kesalahan, bahkan walaupun kebohongannya terbongkar, tidak ada ekspresi bersalah, menyesal, atau ingin bertaubat, bahkan dia mengulang-ulang kebohongannya itu berkali-kali, bahkan sampai kepada kondisi yang serius, yaitu kebohongan yang bisa merugikan pihak lain, yang namanya penipuan. Penipuan itu sebenarnya kebohongan.

Seseorang tega menipu karena diawali dengan kebohongan yang dibangun sedikit demi sedikit, akhirnya mengkristal menjadi kejahatan yang namanya penipuan. Maka ini perlu kita asah dari kecil.

Sebagian anak yang memang dididik oleh orang tuanya untuk jujur sehingga jujur itu menjadi sebuah kebiasaan, maka bohong itu adalah suatu perkara yang sangat berat baginya, dan dia tidak bisa berbohong, kelu lidahnya untuk berbohong. Sebagian anak ada yang seperti itu. Itu tentunya tarbiyah dari orang tua dalam menanamkan kejujuran secara serius.

Sebagian anak lagi terbiasa berbohong, karena itu yang dia saksikan di rumahnya. Dia lihat ayahnya, ibunya, kakak-kakaknya atau orang-orang yang ada di sekitarnya memperagakan itu semua, maka dia pun akan menirunya.

Bagaimana tips-tips menanamkan kejujuran bagi anak? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini..

Download mp3 Kajian Mengajarkan Anak Untuk Jujur

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49127-mengajarkan-anak-untuk-jujur/